Kampanye secara implisit

Pengamat Politik Universitas Diponegoro (Undip), Nur Hidayat Sardini menyebut kunjungan Jokowi ke Jateng dan DIY bisa dimaknai untuk menarik simpati warga agar mendukung putra sulungnya Gibran Rakabuming Raka di pilpres.

Apalagi Jateng menjadi penyumbang suara terbesar setelah Jawa barat dan Jawa Timur yakni 28,2 juta. Jumlah tersebut 14 persen dari total suara nasional.

“(Kunjungan) itu menguatkan apa yang saya sampaikan. Jangan-jangan ini memang ada kaitannya dengan proses elektoral yang sedang terjadi,” tutur dosen FISIP Undip itu, Kamis (1/2/2024).

“Kunker Pak Presiden ini kan kalau dalam pernyataan resmi bukan dalam rangka kampanye. Tetapi kan pada kasus di Magelang, beliau bersama Pak Prabowo, sekali waktu dengan Pak AHY,” lanjutnya.

Menurutnya, sulit untuk tidak menyebut kunjungan Jokowi di Jateng dan DIY sebagai kampanye secara implisit.

“Kalau tidak dikaitkan dengan urusan pilpres, kenapa enggak juga mengajak Pak Anies, Pak Muhaimin, Pak Ganjar, atau Pak Mahfud. Enggak salah kalau orang menerjemahkan kalau itu punya motif untuk berkampanye juga secara implisit,” tuturnya.

Sementara mengenai pertemuan Jokowi dengan Sultan Hamengkubuwono X, dia menyebutnya untuk menjalin hubungan secara simbolis.

Hal ini mengingat para capres sudah bertemu Sultan lebih dulu. Hanya saja, Jokowi lebih terasa seperti representasi dari pasangan Prabowo-Gibran.

“Dengan kunker presiden itu ada maksud juga untuk mencapai simbolisme secara kultural dari presiden. Kalau kita memahami Yogyakarta kan simbol kulturalismenya lebih kental hal-hal yang bersifat profan. Tampaknya dia akan ke sana,” katanya.

Terkait dengan pembagian bansos, Nur Hidayat mengatakan belum tentu berpengaruh ke elektablitas Prabowo-Gibran.

“Baru akan efektif kalau penyerahan itu dilakukan oleh paslon sendiri. Sebagaimana bansos atau BLT pada era SBY yang pertama. Karena yang menyerahkan SBY, maka itu memberi poin langsung ke SBY (saat pencalonan periode berikutnya),” jelasnya.

Kendati demikian, dia meminta masyarakat tidak terkecoh oleh penyaluran bansos yang diserahkan Jokowi. Ia berharap masyarakat lebih memahami bahwa bantuan yang disalurkan oleh Jokowi tidak mewakili paslon 02.

“Masyarakat harus dididik supaya cerdas bahwa bansos yang terbesar dalam sejarah ini tidak bisa dikaitkan dengan paslon tertentu,” tandasnya.  (++)