“Melihat foto-foto dokumentasinya, melihat berkas-bekas materi pelatihannya, itu pelatihan serius. Ada indoktrinasi, pelatihan menggunakan senjata, membuat dapur umum dan lainnya. Ternyata Hansip itu luar biasa, peran Hansip ketika itu sangat penting,” kata Uyung.

Dari dokumen yang dia miliki, Hansip pada saat itu berada di bawah kendali Departemen Pertahanan.

“Dulu kan Hansip berada di bawah Menteri Pertahanan, kalau sekarang berubah istilah menjadi Linmas dan berada di bawah Kementerian Dalam Negeri,” kata Uyung.

Dia mengaku bangga menjadi cucu seorang Hansip, sehingga saat ini dia berupaya untuk menjaga marwah Hansip tetap berwibawa. Meski pun dia sendiri melakukannya dengan sebuah gerakan yang jenaka. Dia berusaha memasyarakatkan penggunaan jaket Hansip dengan sebutan pasukan UHA alias Unggal Hajat Aya (ada setiap hajatan).

“Hansip saat ini kerap jadi lelucon, kerena perannya dianggap sebelah mata. Padahal jika merujuk sejarah Hansip, itu bukan main-main. Mereka sangat mencintai bangsa ini dan benar-benar Pancasilais. Saya menemukan perilaku itu di nenek saya yang memang seorang Hansip, namanya Hj Ikik Suhayi,” kata Uyung.

Dia mengaku tidak ingin menyesalkan atau menyalahkan siapa pun terhadap nasib Hansip atau Linmas saat ini. Baik menyangkut kesejahteraannya atau perannya yang kerap dipandang sebelah mata.